Sunday, April 24, 2011

Ajari anak bermusik, agar tidak cepat pikun

Lawrence, Kansas, Mengenalkan musik sejak usia dini tak hanya membentuk jiwa seni pada anak, tetapi juga bermanfaat dalam memelihara fungsi otak. Menurut penelitian, anak yang bermain musik sejak kecil tidak cepat pikun saat mulai memasuki usia lanjut.

Bahkan meski setelah dewasa tidak lagi memainkan alat musik, pengalaman belajar musik di waktu kecil tetap memberikan manfaat hingga puluhan tahun kemudian. Fungsi kognitif lebih terpelihara dibandingkan lansia yang tidak punya pengalaman bermusik.

Manfaat ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr Brenda Hanna-Pladdy, pakar kecerdasan dari University of Kansas. Dalam penelitian tersebut ia melibatkan 70 lansia sehat berusia antara 60-83 tahun, yang dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan pengalaman bermusiknya.

Kelompok pertama adalah lansia yang sama sekali belum pernah belajar musik. Kelompok kedua belajar musik antara 1-9 tahun sejak umur 10 tahun, sedangkan kelompok terakhir belajar musik selama lebih dari 10 tahun sejak umur yang sama dengan kelompok kedua.

Lebih dari 50 persen partisipan melewatkan masa kecil dengan belajar musik menggunakan piano, sedangkan sebagian lainnya memainkan seruling dan klarinet. Hanya sebagian kecil saja yang menggunakan alat musik lain termasuk drum, biola dan gitar.

Hasil uji kognitif atau fungsi otak terhadap para partisipan menunjukkan adanya hubungan erat antara pengalaman bermusik dengan kapasitas memori serta daya ingat. Partisipan yang belajar musik lebih dari 10 tahun di masa kecil mampu mengingat dengan baik dibandingkan kelompok lain.

"Masa kanak-kanak adalah masa krusial bagi sel otak, yang membuatnya mudah mempelajari musik. Proses yang rumit selama bertahun-tahun membentuk struktur tertentu yang mengimbangi kemunduran fungsi otak ketika sudah mulai pikun," ungkap Dr Hanna-Pladdy seperti dikutip dari Telegraph, Minggu (24/4/2011).

Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Neuropsychology edisi terbaru yang diterbitkan baru-baru ini oleh American Psychological Association.

No comments: