Monday, October 17, 2011

Perdebatan antara "Aku" dan "Saya"

George Herbert Mead, salah seorang sosiolog Amerika, menjelaskan mungkinnya diri kita terpecah ke dalam “I” dan “Me” (Aku dan Saya).

Menurutnya, “Aku” adalah ego murni yang terdapat dalam diri kita, yakni semacam kehendak bebas yang muncul akibat desakkan untuk mendahulukan kepentingan diri ketimbang orang banyak. Dalam posisi demikian, “Aku” ditempatkan sebagai subyek, penunjuk keberadaan diri sebagai pusat atas segala sesuatu.

Di sisi lain, “Saya” merupakan bagian lain dari diri kita yang diciptakan oleh masyarakat. Ianya berisi serangkaian nilai dan norma yang telah kita adopsi selama hidup secara kolektif bersama manusia lain. Berbeda halnya dengan “Aku”, “Saya” bersifat objektif (diri yang diobjekkan/ ditunjuk) sehingga ia serasa memikul sebuah tanggung jawab/beban.

Uraian singkat di atas kiranya cukup menjelaskan bagaimana “Aku” dan “Saya” nantinya bekerja. Ya, ketika “Aku” hendak bertindak amoral untuk mencapai tujuan atau kepentingan, maka “Saya” pun akan mati-matian menghentikan dan mengingatkan. Pertemuan antara “Aku” dan “Saya” tersebutlah yang nantinya bakal menciptakan dialog bahkan perdebatan dalam diri kita. Apabila dimensi ego dalam diri kita lebih besar ketimbang dimensi moral-sosial (nilai dan norma sosial), maka dapat dipastikan bahwa kita bakal mewujudkan tujuan/kepentingan diri dengan segala cara, bahkan dengan perbuatan tercela sekalipun. Namun, apabila dimensi moral-sosial kita yang lebih dominan, maka kita pun akan segera “tersadarkan” dan berhenti menggunakan cara tercela dalam mencapai tujuan diri.

Melalui uraian singkat di atas, kiranya kita dapat menimbang dan menilai kecenderungan dalam diri kita: seorang “Aku” yang egois dan selalu berusaha mewujudkan kepentingan diri di atas kepentingan orang banyak, ataukah seorang “Saya” yang selalu mendahulukan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri sendiri.

No comments: